Rabu, 02 Maret 2011

ANALISIS PERMASALAHAN RPP GURU DAN PEMECAHANNYA

Berdasarkan fakta bahwa RPP yang disusun secara tim (MGMP), belum dapat memecahkan masalah setiap guru untuk merubah tingkah laku pembelajaran tradisional (konvensional) menuju proses pembelajaran yang lebih bermakna bagi peserta didik (Nursan, 2010:2).

Pengakuan guru kepada pengawas sekolah bahwa hampir tidak pernah cukup waktu untuk mengikuti langkah-langkah kegiatan inti pembelajaran yang ada pada RPP yang disusun oleh tim MGMP, sehingga guru mengambil jalan keluar dengan action tanpa mengikuti kegiatan inti pada RPP. 

Pada umumnya guru melaksanakan kegiatan pembelajaran tidak mengikuti RPP yang telah disusun secara tim MGMP, meskipun mereka termasuk anggota tim dalam penyusunan RPP tersebut. Hal ini merupakan permasalahan yang mendesak untuk segera dipecahkan secara ilmiah.

Guru bukan tidak tahu tetapi tidak mau tahu...

Salah satu pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah adalah melalui pendekatan supervisi klinis. Pendekatan supervisi klinis memposisikan pengawas sebagai teman sejawat dalam berkolaborasi dengan guru mata pelajaran untuk memecahkan masalah yang ditemukan. Melalui supervisi klinis guru digiring agar termotivasi, meyadari, dan tertarik menyusun RPP secara mandiri. Naluri guru akan muncul, dengan keyakinan bahwa untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP, maka idealnya RPP tersebut disusun secara mandiri. RPP yang telah disusun bersama secara tim dapat dijadikan dasar penelaahan kembali untuk disesuaikan dengan kondisi pembelajaran masing-masing guru yang bersangkutan.

Supervisi klinis membutuhkan energi yang lebih, sebab melalui supervisi klinis maka supervisor mesti beberapa kali mengadakan pertemuan dengan guru yang bersangkutan dalam rangka berkolaborasi untuk memecahkan masalah.

Melalui supervisi klinis, pengawas pembina mesti menggiring guru agar menyadari bahwa dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP, berarti guru dapat mengkaji keampuhan setiap RPP yang disusunnya itu. Jika ternyata hasil penilaian proses dan penilaian hasil belajar peserta didik belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka secara ilmiah, guru dapat mendeteksi komponen-komponen mana saja pada RPP yang akan dikaji dan direvisi serta dikembangkan. Demikian seterusnya, pendeteksian/pengkajian dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Konsistensi dan kesinambungan pendetektsian/pengkajian sinkronisasi antara RPP dan pelaksanaan RPP, yang dikaitkan dengan hasil belajar peserta didik dapat dipertahankan jika dan hanya jika melalui penelitian tindakan kelas (PTK), secara berkala (persemester). Melalui PTK guru akan memperoleh prestise, penghargaan, kepercaya diri sebagai guru yang profesional, dan yang terpenting mendapat kepuasan kerja.

Pendeteksian/pengkajian antara sinkronisasi RPP dan pelaksanaan RPP, yang dikaitkan dengan kualitas hasil pembelajaran (kognitif, afektif, psikomotor) pada hakikatnya itulah yang disebut penelitian tindakan kelas (PTK) atau yang dikenal oleh guru secara luas classroom action research. 

Pengawas sekolah melaksanakan salah satu dari tupoksinya yakni menilai kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran menggunakan instrumen baku yakni APKG1 dan APKG2, serta instrumen lain yang telah dikembangkan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar