Sabtu, 19 Maret 2011

CONTOH: PROPOSAL PENELITIAN DESKRIPTIF KUALITATIF

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
BAGI GURU KELAS VII DI KABUPATEN KONAWE SELATAN

Oleh
1. Basir Sarulah
2. Nursan


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
DITJEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP)
SULAWESI TENGGARA
KENDARI 2007






STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
BAGI GURU KELAS VII DI KABUPATEN KONAWE SELATAN


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 tentang prinsip profesionalitas guru yang salah satu butirnya menyebutkan bahwa guru harus memiliki kompetensi sesuai bidang tugas. Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi.
Sejalan dengan hal tersebut di atas guru dituntut untuk terus membenahi prilaku pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya sesuai standar yang diamanatkan oleh peraturan yang berlaku. Mutu proses dan hasil belajar siswa akan sangat ditentukan oleh perilaku guru sebagai pemegang kendali di kelas. Perilaku guru dalam menyampaikan materi pembelajaran diupayakan tetap sejalan dengan peraturan yang diacu oleh kurikulum yang digunakan, baik itu kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) hasil pengimplementasian dari Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Permen No. 22, 23, dan 24 Tahun 2006.
Fakta di lapangan khususnya di SMPN 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan bahwa pengimplementasian Permen Diknas Nomor 22, dan 23 Tahun 2006 sudah dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2006/2007, namun seperti apa kurikulum operasionalnya perlu diamati lebih mendalam. Penerapan kurikulum operasional di SMPN 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan tersebut yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini terkait strategi guru dalam menata isi pembelajaran, strategi guru dalam menyampaikan isi pembelajaran, serta strategi guru dalam mengelola pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2007/2008.
Berdasarkan kajian teoritik maupun kajian empirik bahwa salah satu kelemahan pembelajaran, khususnya pembelajaran di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dewasa ini ialah bersifat parsial; hanya membina domain kognitif pada kawasan (taxonomi) rendah, seperti hafalan (Sumanto, 2003:80).
Sejalan dengan hal tersebut di atas menurut Degeng bahwa praktik yang lebih menyedihkan bagi guru dalam menata isi pembelajaran hanya mengikuti struktur isi buku teks yang diterbitkan untuk dipakai di sekolah-sekolah, sedangkan penyusunannya seringkali tanpa mempertimbangkan struktur isi mata pelajaran untuk keperluan pembelajaran (Sarulah, dkk, 2006:2). Selanjutnya dikatakannya pula bahwa isi buku teks lebih banyak disusun dengan menggunakan pendekatan disiplin ilmu bukan pendekatan metodologi pembelajaran.
Demikian pula halnya dalam menyampaikan isi pembelajaran yang terpusat pada guru dengan mengandalkan metode ceramah secara kalsikal maupun belajar kelompok-tradisional dalam pembelajaran menunjukkan hasil perolehan siswa kurang optimal atau tidak mencapai standar ketuntasan belajar minimal (Sarulah, dkk, 2005:1).
Pengelolaan pembelajaran terutama pencatatan kemajuan belajar bagi siswa merupakan satu mata rantai yang tak terpisahkan dalam rangka mendeskripsikan pembelajaran PKn pada siswa kelas VII di SMPN 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti hendak melakukan kajian ilmiah melalui penelitian deskriptif kualitatif dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas VII Di SMP Negeri 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008”

B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah bagaimanakah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008?


C. Pertanyaan Penelitian.
Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah strategi guru dalam menata isi pembelajaran PKn pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008?
2. Bagaimanakah strategi guru dalam menyampaikan isi pembelajaran PKn pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008?
3. Bagaimanakah strategi guru dalam mengelola pembelajaran PKn pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan strategi guru dalam menata isi pembelajaran PKn pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008.
2. Mendeskripsikan strategi guru dalam menyampaikan isi pembelajaran PKn pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008.
3. Mendeskripsikan strategi guru dalam mengelola pembelajaran PKn pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008.



E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah memberikan gambaran kepada semua pihak terkait atau stakeholder mengenai pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008.


II. LANDASAN TEORI

A. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa (Degeng, 1997:1). Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Bahkan kegiatan dalam memilih, menetapkan, dan mengembangkan inilah yang sebenarnya merupakan kegiatan inti pembelajaran. Metode pembelajaran diacukan sebagai cara-cara yang dapat digunakan dalam kondisi tertentu untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan, dan strategi pembelajaran diacukan sebagai penataan cara-cara ini sehingga terwujud suatu urutan langkah prosedural yang dapat dipakai untuk mencapai hasil yang diinginkan. Metode dan strategi pembelajaran sering digunakan secara bergantian untuk menjelaskan makna yang sama.
Penataan isi materi pembelajaran merupakan cara-cara mengorganisasi isi materi pembelajaran. Sebagaimana pakar pembelajaran menguraikan bahwa langkah-langkah penataan isi pembelajaran yang telah teruji sahih dapat meningkatkan perolehan belajar yang meliputi; (1) penyajian kerangka isi, (2) elaborasi tahap pertama, (3) pemberian rangkuman dan pesintesis eksternal, (4) elaborasi tahap kedua, (5) pemberian rangkuman dan pesintesis eksternal. Penyampaian isi pembelajaran mengacu kepada cara-cara yang dipakai utuk menyampaikan isi pembelajaran kepada siswa dan sekaligus untuk menerima serta merespon masukan-masukan dari siswa. Pengelolaan pembelajaran berurusan bagaimana menata interaksi antara siswa dengan strategi-strategi pembelajaran lainnya, yaitu strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian pembelajaran. Menurut Reigeluth dan Merrill bahwasanya paling tidak ada tiga hal yang menjadi urusan strategi pengelolaan pembelajaran yaitu; (1) penjadualan penggunaan strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan (3) pengelolaan motivasional (Degeng, 1998a:163).
B. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2005:33).
Visi pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan proses pendidikan yang terarah pada pengembangan kemampuan individu sehingga menjadi warga negara yang cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab, ynag pada gilirannya mampu mendukung kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang cerdas.
Pendidikan kewarganegaraan memiliki tiga ciri khas, yakni; pengetahuan, keterampilan, dan karakter kewarganegaraan. Ketiga hal tersebut merupakan bekal bagi peserta didik untuk meningkatkan kecerdasan multi dimensional yang memadai untuk menjadi warga negara yang baik. Kompetensi-kompetensi yang hendak diwujudkan melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dibagi ke dalam tiga kelompok, yakni; (1) kemampuan untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraan, (2) kemampuan untuk memiliki keterampilan kewarganegaraan, dan (3) kemampuan untuk menghayati dan mengembangkan karakter kewarganegaraan. Selanjutnya, bahwa pendidikan Kewarganegaraan mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

C. Karakteristik Peserta Didik
Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai perasaan dan pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya.
Tahap perkembangan siswa usia SMP berada pada tahap periode perkembangan yang sangat pesat, dari segala aspek. Perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan pembelajaran yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Usia 11-12 tahun yang disebut tahap perkembangan formal-operasional, anak yang sudah mejelang atau sudah menginjak masa remaja akan dapat mengatasi masalah keterbatasan pemikiran konkret-opersional. Dalam perkembangan kognitif tahap ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: (1) kapasitas menggunakan hipotesis, (2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak (Syah, 2003:33).

D. Karakteristik Guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus yang pekerjaan utamnya mengajar. Kegiatan mengajar yang dilakukan guru berorientasi pada kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor. Dalam perspektif psikologi pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan guru yang membuat siswa belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi prilakunya. Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan (competencies) yang meliputi: (1) kompetensi psikologis, (2) kompetensi kognitif, (3) kompetensi afektif, dan (4) kompetensi psikomotor (Depdiknas, 2005:23).
Kompetensi psikologis merupakan faktor yang turut menentukan keberhasilan guru berupa keterbukaan. Guru yang terbuka secara psikologis ditandai dengan kesediaanya yang relatif tinggi untuk melakukan komunikasi dengan siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya mengajar. Di samping itu mau menerima kritik dengan ikhlas, memiliki empati terhadap pengalaman emosional dan perasaan orang lain.
Kompetensi kognitif terkait dengan tugas dan tanggungjawab profesi sebagai guru merupakan pengetahuan mencakup: (1) kategori pengetahuan kependidikan dan keguruan, dan (2) kategori pengetahuan bidang studi yang diampu. Pengetahuan kependidikan meliputi ilmu kependidikan, psikologi pendidikan, psikologi prekembangan anak, psikologi sosial, dan administrasi pendidikan. Sementara itu, pengetahuan keguruan meliputi: (1) metode mengajar, (20 kajian kurikulum, (3) media pembelajaran, (4) teknik evaluasi, dan (5) keterampilan mengajar.
Kompetensi afektif ini sebenarnya meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi, seperti: cinta, benci, senang, sedih, serta sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain. Namun demikian yang paling penting dan sering dijadikan objek penelitian adalah sikap dan perasaan diri yang berkaitan dengan profesi keguruan, yang meliputi: (1) konsep diri dan harga diri, (2) perasaan diri atau efikasi diri dan efikasi kontekstual, dan (3) sikap penerimaan diri sendiri dan orang lain.
Kompetensi psikomotor meliputi ketrampilan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaanya berhubungan denga tugasnya selaku pengajar. Guru yang profesioanal memerlukan pengusaan prima atas sejumlah keterampilan mengajar bidang studi yang menjadi spesialisasinya. Keterampilan mengajar mencakup keterampilan pernyataan lisan (ekspresi verbal) dan tindakan (nonverbal) tertentu yang direfleksikan guru ketiga proses belajar mengajar. Dalam refleksikan verbal guru sangat diharapkan terampil, fasih dan lancar berbicara baik ketika menyampaikan materi pelajaran maupun ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan para siswa. Keterampilan ekspresi nonverbal yang harus dikuasai guru antara lain; mendemonstrasikan materi pelajaran atau praktikum, memperagakan proses terjadinya sesuatu dengan alat peraga, mengoperasikan media pembelajaran, menulis dan membuat gambar di papan tulis.

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengacu pada pendekatan phenomenologik, dengan paradigma naturalistik. Peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data baik data berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Penjaringan data strategi guru dalam menata isi materi pembelajaran, startegi guru dalam menyampaikan isi pembelajaran, dan strategi guru dalam mengelola isi pembelajaran khususnya pembelajaran PKn pada siswa kelas VII di SMPN 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan dijaring melalui tiga alat penjaring data, yakn; observasi, wawancara, dan dokumentasi.


B. Lokasi dan Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian; Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008. Adapun subyek terteliti adalah guru yang mengajar pada siswa kelas VII di SMPN 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008.
2. Setting Penelitian; Pelaksanaan penelitian ini rencanakan selama 6 kali pertemuan dengan subyek terteliti dan dapat diperpanjang kehadiran peneliti di lapangan penelitian. Pusat terteliti adalah guru mata pelajaran PKn pada siswa kelas VII di SMPN 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan Tahun Pelajaran 2007/2008, dengan melibatkan partisipan dalam hal ini kepala sekolah, urusan kurikulum, guru senior, dan siswa.
Pelaksanaan penelitian ini pada bulan September-Oktober 2007.


C. Data, Sumber Data, dan Instrumen Penelitian
Data kualitatif dalam penelitian ini dijaring melalui langkah-langkah: (a) penetapan batas-batas penelitian, (b) pengumpulan informasi melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan bahan-bahan lain yang diamati, serta (c) penetapan aturan dalam pencatatan informasi. Sebagaimana diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif, instrumen utama adalah peneliti itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Sonhadji (1996) bahwa peneliti merupakan satu-satunya instrumen yang mampu mengumpulkan dan menangkap makna melalui interaksi dengan subyek lewat wawancara mendalam dan observasi pada latar di mana fenomena berlangsung (Ekosusilo, 2005:4)
Data strategi guru dalam menata isi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada siswa kelas VII di SMPN 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan dijaring melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Konkretnya, ketiga alat penjaring data (observasi, wawancara, dan dokumentasi) digunakan dan diacukan secara fokus pada materi pelajaran yang disajikan kepada siswa apakah sesuai standar isi dan standar kompetensi lulusan yang diamantkan oleh Permen Diknas Nomor 22 dan 23. Lebih detail lagi, materi pelajaran yang disajikan itu apakah menggunakan silabus dan RPP yang dikembangkan dari pusat (SK-KD), dikembangkan oleh daerah (guru mata pelajaran), dan hal-hal lain yang mungkin ditemukan.
Data strategi guru dalam menyampaikan isi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada siswa kelas VII di SMPN 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan dijaring melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Secara detail, ketiga alat penjaring data (observasi, wawancara, dan dokumentasi) digunakan dan diacukan secara fokus pada saat guru melaksanakan tatap muka di kelas, baik itu peneliti mengamati langsung metode yang digunakan oleh guru saat di kelas, kesesuaian metode yang digunakan dan yang tetulis dalam silabus dan RPP, hasil supervisi intern oleh sekolah (Kepala sekolah dan timnya), dan pengakuan oleh siswa yang menerima pembelajaran.
Data strategi guru dalam mengelola pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada siswa kelas VII di SMPN 1 Konda Kabupaten Konawe Selatan dijaring melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Secara detail, ketiga alat penjaring data (observasi, wawancara, dan dokumentasi) digunakan dan diacukan secara fokus pada penjadualan penggunaan strategi penataan isi pembelajaran, dan startegi penyampaian isi pembelajaran, serta pembuatan catatan kemajuan belajar siswa. Pengelolaan penjadualan strategi penataan isi dan strategi penyampaian isi pembelajaran mengacu kepada kapan dan berapa kali suatu strategi pembelajaran dipakai dalam satu situasi pembelajaran. Sedangkan pengelolaan starategi pencatatan kemajuan belajar siswa difokuskan kepada kapan dan berapa kali penilaian hasil belajar dilakukan dan bagaimana prosedur penilaiannya.


D. Prosedur Pengumpulan Data
Sebelum memasuki lapangan, peneliti perlu merencanakan pendekatan yang digunakan dalam pencatatan data. Apa yang hendak dicatat dan bagaimana hal tersebut akan dicatat, merupakan dua masalah yang penting untuk diperhatikan.
Langkah awal dalam pencatatan data adalah merancang format pengumpulan data, baik berkaitan dengan observasi, wawancara maupun dokumentasi. Karena observasi yang dilakukan sangat kompleks, maka harus dilakukan: pencatatan yang memuat descriptive notes dan reflektive notes. Format ini juga diperlukan baik untuk mencatat hasil wawancara maupun observasi, walupun mungkin dilakukan juga rekaman pada kaset, maupun dalam kegiatan dokumentasi.
Hal-hal yang perlu dimuat dalam catatan deskriptif adalah: (1) gambaran tentang subyek, (2) rekonstruksi dialog, (3) deskripsi latar fisik, (4) catatan mengenai kejadian-kejadian khusus, (5) lukisan kegiatan, dan (6) tingkah laku pengamat.

Dalam pencatatan data dilakukan sesegera mungkin, sebelum pikiran peneliti tercampur dengan hal-hal lain, namun diusahakan penuh dengan ketenangan. Dalam hal ini peneliti harus menyediakan waktu khusus yang cukup, sehingga semua hasil wawancara atau observasi dapat mengalir dengan lancar.


E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses eclectic, sehingga tidak ada suatu “cara yang tepat”. Untuk dapat melakukan analisis, peneliti harus mampu membuat kategori, perbandingan atau kontras. Selain itu juga terbuka dengan kemungkinan-kemungkinan serta berbagai pertentangan yang muncul di dalam temuan.
Analisis data merupakan kegiatan yang simultan dengan pengumpulan data, interpretasi dan pelaporan. Kegiatan pengumpulan, pemilihan, penyususnan dan penarikan gambaran seakan tidak terpisahkan. Dalam penelitian ini, analisis data kualitatif prosesnya didasarkan pada “reduksi” dan “interpretasi”. Proses ini dapat ditempuh dengan melakukan displays dalam bentuk matriks, yang didasarkan pada pengkodean secara fenomenologis.

F. Pengecekan Keabsahan Data
Ada tiga hal penting dalam pemeriksaan keabsahan data.
Pertama, berkaitan dengan masalah validitas internal, yaitu ketepatan informasi dan kesesuaiannya dengan kenyataan. Dalam hal ini prosedur yang dapat dilakukan adalah melalui trianggulasi, “audits”, “member cheks” serta pelibatan informan pada setiap tahapan penelitian.
Kedua, berkenaan dengan validitas eksternal, yaitu kadar keumuman keberlakuan temuan. Meskipun tujuan penelitian kualitatif bukan untuk melakukan generalisasi, namun dalam kaitannya dengan tema-tema atau kategori yang dimunculkan oleh peneliti, dalam batas-batas tertentu hendaknya berlaku umum.
Ketiga, mengenai reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, hal ini terutama ditujukan pada asumsi-asumsi pokok, pemilihan informan, serta nilai-nilai dari peneliti, yang memungkinkan penelitian tersebut diulang (replicated) pada setting yang lain.

G. Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini dapat disajikan secara singkat sebagai berikut: (1) tahap perancangan, (2) memasuki lapangan, (3) pengumpulan dan pencatatan data, (4) verifikasi data, (5) analisis data, (6) penyusunan laporan.
Adapun alur penelitian ini ditunjukkan sebagaimana berikut ini:


Alur Penelitian (lihat bagan alur penelitian)



IV. Jadwal Penelitian

Memuat:
Seminar proposal
Pelaksanaan penelitian
Seminar hasil penelitian
Laporan hasil penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Imron. 1996. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan. Malang : Kalimasadha Press.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K. 1990. Riset Kualitatif untuk Pendidikan : Pengantar Teori dan Metode. Alih bahasa : Munandir, Jakarta : Ditjen Dikti. Depdikbud.


Creswell, J.W. 1994. Research Design : Qualitative & Quantitative Approach, California: sage Publication Inc.

Degeng, N.S. 1998. Mencari Paradigma Baru: Pemecahan Masalah Belajar dari Keteraturan
Menuju Kesemrawutan. Pidato Pengukuhan Guru Besar. IKIP Malang: Depdikbud.


Degeng, N.S. 1998a. Teori Belajar 1. Taksonomi Variabel 1. Program Magister Manajemen Pendidikan. UT

Depdiknas. 2000. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema dalam Belajar. Jakarta: PPM
SLTP.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Buku Siwa Pelajaran pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Identifikasi Karakteristik Siswa dan Guru. Materi Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi (PTBK). Jakarta: Depdiknas.

Ekosusilo, Madyo. 2005. Desain Penelitian Kualitatif. Makalah. Disajikan pada Diklat Peningkatan Kompetensi WI. LPMP. P4TK Bogor.

Ibrahim, R. 1999. Catatan Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif PPs. IKIP Bandung.

Lincoln,Y.S., & Guba, E.G. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hill: Sage Publication Inc.


Maanen, Dabs and Faulkner. 1982. Varieties of Qualitative Research, California: Sage Publication Inc.

Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1984. Qualitative data Analysis Beverly Hill: Sage Publication Inc.

Moleong, L.J. 1998. Metodolog Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin.

Munandir 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV Rajawali.

Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik, Bandung : Tarsito.

Sarulah, Basir, & Nursan. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw 1 pada Standar Kompetensi Peraturan Perundang-undangan dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-C pada SMPN 1 Ranomeeto. Laporan Hasil Penelitian. Kendari: DIPA LPMP Sultra.

Sarulah, Basir, & Nursan. 2006. Strategi Pengorganisasian Isi Model Elaborasi dalam Peningkatan Hasil Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas VII-4 SMPN 3 Pondidaha. Laporan Hasil Penelitian. Kendari: DIPA LPMP Sultra.

Sumanto. 2003. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Di Sekolah Dasar Negeri Bareng 6 dan 8 Kecamatan Klojen Kota Malang. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: PPS UM.

Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Usman, M. U. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman, M. U & Setiawati, L. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

1 komentar: